Zaman sekarang sering kali kita melihat bahwa kesuksesan di dunia kerja atau bisnis tidak berhubungan dengan rangking di sekolah. Sering kali pengusaha sukses adalah orang-orang yang dulu di sekolah rangkingnya rendah. Begitu juga dengan orang-orang yang berhasil berkarir hingga jadi direktur di dunia kerja, mereka bukanlah juara kelas saat SMA atau tidak punya IPK tinggi saat kuliah. Mengapa seperti ini?
Saya menemukan jawaban saat bertemu Dr. Hora Tjirta di Jakarta, saya mendapatkan jawabannya. Beliau ini kuliah S1, S2, dan S3nya di Jerman. Setelah bekerja di beberapa perusahaan diantaranya PwC, beliau menjadi associate professor di Zhejiang University selama 9 tahun. Beliau bercerita selama mengajar di Cina, beliau sering bertemu mahasiswa jenius yang disiplin. Sedangkan kalau di Indonesia, beliau hampir tidak pernah bertemu mahasiswa yang jenius dan disiplin. Biasanya orang Indonesia yang jenius tidak disiplin, atau orang disiplin tidak jenius. Beberapa mahasiswa beliau di Cina ada yang sudah jadi Lead Scientist untuk pengembangan AI, dan juga ada yang jadi orang penting di JP Morgan.
Beliau lanjut cerita, kalau di Cina, seleksi mahasiswa S2 itu berbeda dengan di Indonesia. Kalau di Indonesia, yang dilihat hanya kepintarannya saja. Sehingga ujiannya hanya menguji kepintaran. Sedangkan di Cina, ada tambahan ujian-ujian yang aneh menurut beliau. Sampai-sampai beliau bertanya kepada professor disana, “Kenapa ada tes menghafal buku? Buat apa ini?” Professor disana menjawab, “Ini untuk mengetes kedisiplinan mahasiswa. Karena percuma kalau pintar tapi tidak disiplin”. Selain ujian menghafal, ada juga ujian mental. Dimana mahasiswa diwawancara oleh 7 professor sekaligus dan para professornya semua pada baca koran dan mengabaikan si mahasiswa tadi. Kemudian nanti salah satu professor akan bertanya pertanyaan yang aneh-aneh. Ada nanti professor lain yang mengejek-mengejek, agar mental mahasiswanya jatuh. Setelah mentalnya jatuh, akan ada professor lain yang memuji-muji untuk menaikkan mentalnya lagi.
Ujian-ujian ini ternyata untuk melihat apakah mahasiswa tadi punya disiplin dan mental yang kuat, karena jika tidak, dia tidak akan punya karya besar didunia nyata. Jika dikaitkan dengan bukunya Angela Duckworth yang berjudul Grit, kegigihan jauh lebih penting daripada IQ. Di Indonesia sepertinya perlu ada ujian untuk menilai kedisiplinan dan mental seseorang di Kampus.